Alkisah ,
Aku hanya seorang pengembara yang singgah di negeri matahari terbit, negeri nan elok seribu bunga. Pada pertengahan fuyu, disebuah dataran rumput yang terhampar luas sejauh mata memandang. Pagi yang dingin menyapa kulitku.
"Dari manakah asal angin ini ?"pikirku
Kurapatkan jubah hangatku, ku pakai topeng ninjaku, ku rapikan caping dikepalaku, sehingga angin tak lagi menyentuh setiap inchi tubuhku. Kini penampilanku sekilas tak ubah seperti sang pendekar 1/2 jalan, aku tertawa kecil. Waktu cepat berlalu, entah kapan dan dimana aku akan bertemu lagi dengan beliau. Ilalang yang sama tinggi rendahnya menambah keindahan tempat itu, bergoyang kesana kemari mengikuti irama hembusan angin. Aku melihat jauh diseberang sana ada seseorang. Di bawah pohon yang rindang, satu-satunya pohon yang berada diantara dataran rumput ini. Aku bergegas menghampirinya,
"Aroma daun jeruk ?"bathinku.
Sembari berjalan, aku mencari menoleh kesana kemari namun tidak menemukan pohon jeruk tetapi aroma daun jeruk ini begitu kental terasa.
"Aneh" bisikku.
Lalu aku berhenti.
"Aku tahu aroma itu berasal dari seorang dara ini"gumamku.
Ya benar saja dugaanku, memang aroma daun jeruk berasal dari gadis ini. Seseorang yang ku lihat dari seberang tadi ternyata seorang gadis manis. Gadis mungil kecil mengenakan baju terusan warna hijau dengan sepatu boot putih high heels. Kelihatan lucu sekali. Dia lagi sedang asik bermain sendiri mengitari rumput. Kadang sesekali dia sembunyi direrumputan lalu melompat. Seperti bermain seek and hide, petak umpet namanya di daerahku. Asiknya dia bermain sehingga tak menyadari kedatanganku. Terakhir lompatan yang dilakukannya tepat berhadapan denganku, dia melotot ke arahku, mungkin terkejut atas kehadiranku.
"Hantu !" teriaknya.
"Bukan" jawabku.
"Apa kau pikir hantu menjejakkan kakinya ditanah ?".
Dia memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Sebab dari penampilanmu, tak jauh beda dengan hantu, wajahmu yang tertutup membuatku takut"balasnya.
Aku tertawa, begitulah manusia jika kita melihat.
"Siapa kau ?"teriaknya lagi.
Tapi kali ini dibarengi dengan gerakan hendak menyerangku.
"Aku hanya seorang pengembara yang singgah di negeri matahari terbit, negeri nan elok seribu bunga, ketika pagi ini angin menyentuh kulitku, dingin sekali. Tahukah engkau darimana asal angin ?".
"Berasal dari sang maha pencipta"jawabnya.
"Dapatkah engkau memberitahu padaku siapa sang maha pencipta itu?"tanyaku lagi.
"Tidak ada yang tahu siapa menciptakan sang maha pencipta"jawabnya lagi.
Aku terdiam, lalu tertawa. Aku bertanya tentang angin mendapatkan jawaban begini rupa. Baiklah aku tidak akan meneruskan pertanyaan itu sebab sebenarnya kita sudah tahu sama tahu. Gerakan yang semula hendak menyerangku perlahan mulai mengendur. Berganti dengan senyum. Kupandangi senyum itu, ke genggam dan ku simpan.
Singkat cerita, dibawah pohon rindang itu, duduk diantara akar pohon yang besar, kami berdua terlibat dengan obrolan yang tak kunjung selesai dan itu yang membuat aku begitu dekat dengannya. Sebaliknya dia juga merasa nyaman bercengkrama denganku menurut pengakuannya. Tema cerita yang berubah-ubah diselingi dengan beberapa lelucon membuat suasana menjadi lebih santai dan gembira.
Beranjak dari beberapa obrolan ku ketahui namanya adalah Arinka Si Rumput Hijau. Nama yang bagus namun mempunyai julukan yang aneh, sesuai dengan tempat ini. Padang rumput hijau yang luas dan indah. Begitulah anehnya dunia, bermacam ragam manusia. Mempunyai gelar dan julukan sedemikian rupa.
Entah sudah berapa lama kami bercengkrama, ku lepaskan topeng ninjaku, ku singkapkan jubah tebalku, ku singkirkan caping dikepalaku, kini jelas angin tak lagi sedingin pertama kali aku menjejakkan kaki di daerah ini. Hingga suatu saat dia berdiri menatap ku dalam-dalam,
Dia mengatakan bahwa "Hidup seperti bunga mawar yang penuh dengan duri"
Dia mengatakan bahwa "Hidup seperti bunga mawar yang penuh dengan duri"
Aku hanya bisa tertawa.
"Begitulah hidup. Hidup penuh hambatan itu pasti, perjalanan masih panjang itu harapan, disisi lain kadang kita buta oleh ilusi dunia. Jika bersilat lidah ada melukai hati, mohon dimaaafkan, onegaishimasu" balasku
Selepas akhir kata-kataku, dia berlari kencang dan menghilang dirapatnya rerumputan tanpa meninggalkan sepatah katapun.
...dan akhirnya semua terjawab sudah bahwa dunia ini penuh keanehan, namun keanehan yang terindah adalah mengenalmu adik kecil.
"Sayounara" teriak ku dalam hati.
Aku hanya melihat luasnya dataran rumput. Bagitulah hidup, satu persatu sahabat datang dan pergi mungkin takkan pernah kembali.
Sampai kita bertemu kembali dalam pengembaraan berikutnya, entah kapan dan entah dimana.
Lama aku melamun, hingga beranjak petang. Ku rapikan bekal, kesematkan caping dikapala, ku rapatkan kembali jubah hangatku, ku kenakan topeng ninjaku dan aku mulai bangkit serta melangkah meninggalkan tempat pertemuan yang tak bertepi ini...
Sampai kita bertemu kembali dalam pengembaraan berikutnya, entah kapan dan entah dimana.
Lama aku melamun, hingga beranjak petang. Ku rapikan bekal, kesematkan caping dikapala, ku rapatkan kembali jubah hangatku, ku kenakan topeng ninjaku dan aku mulai bangkit serta melangkah meninggalkan tempat pertemuan yang tak bertepi ini...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dipersilahkan bagi yang ingin mencaci maki blog ini..